Serpihan Rindu

Serpihan Rindu - Menginjak usia yang semakin cepat mendekati paruh ke tiga, aku masih sendiri melangkah menjalani kehidupan dunia ini. Tiada pendamping seperti orang lain yang sebaya denganku, bahkan sudah memiliki momongan tempat mereka melepas segala penat dan lelah setelah menghadapi perjuangan hidup yang mereka lalui.

Serpihan Rindu Di Pahit Empedu

Sungguh kesendirian ini terasa sangat menyiksa di akhir-akhir ini. Padahal sebelumnya, aku adalah orang yang sangat lurus, tanpa memperdulikan apapun, langkahku tak pernah ku hentikan, apalagi karena alasan yang ku anggap sederhana, ya seperti alasan belum punya pasangan, aku tak pernah terganggu dengan gunjingan orang, bahkan dengan julukan manusia lapuk sekalipun. Tapi, kini hal itu benar-benar menjadi beban besar yang menindihku.


Suara-suara itu terus mengalun di telingaku, seakan menjadi hantu yang terus menguntitku kemanapun aku pergi. Pepatah-pepatah yang dulu sempat tidak ku perdulikan, bahkan yang tidak aku gubris, seakan saat ini terus menyerangku dan memaksa aku untuk tunduk dalam penyesalan mendalam, karena suara-suara itu telah ku biarkan lewat di depanku tanpa aku sapa sama sekali.


Paras Cantik itu yang menjadi semangatku untuk terus melaju, keindahan pribadinya memincutku dengan sejuta harapan, tiada yang lebih mempesona yang pernah hinggap ke pelupuk mata ini sampai menembus istana hati, selain kecantikan yang ditunjukan oleh si cantik berkerudung hitam itu.

Hampir tak mampu menerima kenyataan ketika dia merebahkan jiwanya di samping pendekar lain yang tidak aku kenal sama sekali. Hatiku hancur berkeping-keping, ditambah ada sedikit bisikan bahwa hal itu terjadi karena ada campur tangan dari raja yang selama ini aku anuti.

Akhirnya kerinduan ini berhamburan menjadi kepingan-kepingan hampa laksana debu yang berhamburan di terjang angin di siang bolong di tengah padang pasir yang tandus. Entah bagaimana serpihan itu akan bisa ku satukan kembali?


Mungkin hanya dengan menciptakan kerinduan baru yang lebih nyata dan lebih realistis, dibanding harus bergelantung dalam kerinduan semu yang terikan di tetemali norma yang bertopeng bidadari sendu yang akan lebih menghormatiku dan tak mengakhiri jiwaku menjadi serpihan rindu

Posting Komentar untuk "Serpihan Rindu "